Miangas, Tak Perlu “Menangis” Lagi

Bandara Miangas yang diresmikan Presiden Jokowi 19 Oktober 2016

JAKARTA- Wilayah NKRI disebut dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas ke Pulau Rote. Tentunya keempat wilayah yang disebut ini merupakan pulau-pulau terluar dari wilayah NKRI, dan posisinya lebih dekat dengan negara tetangga, dibandingkan dengan ibukota kabupaten NKRI yang terdekat.

Belum ada kajian sejarah asal-usul penamaan Pulau Miangas. Namun dari sumber-sumber di Kepulauan Nanusa, pulau itu dinamakan melangis atau malangis. Dalam dialek setempat juga disebut meangas atau meangis, yang kemudian menjadi miangas. Menangis dikaitkan dengan seringnya terjadi penyerbuan perompak asal Sulu di pulau ini, sehingga tangisan dan air mata selalu mewarnai kehidupan penduduk asli.

Pulau Miangas di Sulawesi Utara ini, berada di perbatasan dengan Mindanao Filipina. Jarak Pulau Miangas dengan Kecamatan Nanusa adalah 145 mil atau sekitar 290 km, sedangkan dengan Filipina hanya 48 mil atau sekitar 96 km.

Karena begitu dekat dengan Filipina, maka banyak terjadi perkawinan WNI dengan warga Filipina. Akses radio pun lebih mudah ke Filipina daripada Indonesia. Demikian pula dengan mata uang yang digunakan kebanyakan adalah peso Filipina.

Sejak 19 Oktober 2016 mobilitas masyarakat Miangas makin meningkat, setelah Bandara Miangas diresmikan Presiden Joko Widodo. Dengan diresmikannya Bandara Miangas ini, masyarakat memiliki alat transportasi tambahan, karena selama ini sangat tergantung kepada transportasi laut, yaitu kapal perintis.

Masyarakat Pulau Miangas saat ini terdiri dari 213 kepala keluarga, dengan total jumlah penduduk 802 jiwa yang terdiri dari 387 laki-laki dan 415 perempuan.
Bandara Miangas memiliki panjang landasan pacu (runway) 1.400 m x 30 m yang dapat didarati pesawat sejenis ATR-72-500/600 dan Hercules, juga dilengkapi runway strip 1.400m x 150 m dan apron 130 m x 6 5m yang mampu menumpang 3 unit pesawat. Bandara ini mampu melayani pesawat jenis ATS dengan kemampuan mengangkut 70 penumpang. 

Adanya transportasi udara, meskpun hanya sekali dalam seminggu, masyarakat berbelanja kebutuhan pokok di Bitung atau Tahuna dengan pesawat terbang, sehingga waktu yang mereka butuhkan lebih singkat.

Jokowi meresmikan Bandara Miangas pada 19 Oktober 2016. Pada saat peresmian Jokowi menegaskan tekad Pemerintah untuk menjadikan pulau terdepan Indonesia sebagai beranda Indonesia bukan sekadar halaman belakang.

Pembangunan Bandar Miangas dilaksanakan menggunakan dana yang bersumber dari APBN, yakni sebesar Rp 205 miliar. Bandar Udara Miangas memiliki gedung terminal seluas 356 meter persegi yang dapat menampung 25 penumpang pada waktu sibuk.

Kehadiran Bandara Miangas sejumlah proyek infrastruktur di pulau terluar ini mulai berjalan. Salah satu yang akan direhabilitasi oleh Yayasan BUMN Hadir Untuk Negeri adalah SD yang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Atapnya bocor, sehingga saat hujan para murid harus mencari tempat yang tidak terkena jatuhan airu hujan.

Saat ini gedung SD tersebut sedang direhabilitasi dan menurut rencana pada Agustus 2019 ini akan diresmikan. Rehabilitasi gedung SD Negeri Miangas ini merupakan bagian dari upaya Yayasan BUMN Hadir Untuk Negeri mensejahterakan masyarakat Miangas yang berada di daerah perbatasan dengan Filipina.

Sama seperti harapan Presiden Jokowi, Ketua Yayasan BUMN Hadir Untuk Negeri, Harjawan Balaningrath menjadikan pulau terdepan Indonesia sebagai beranda Indonesia bukan sekadar halaman belakang.

Tujuan Wisata

Terbukanya hubungan udara ke Miangas, tentunya menjadikan pulau yang luasnya 3,5 KM2 menjadi mudah dikunjungi wisatawan. Selama ini, pelancong yang ingin berkunjung ke Miangas harus menempuh perjalanan cukup panjang dengan kapal laut, belum lagi dihadang gelombang yang membahayakan kapal. Sekarang dengan adanya Bandara Miangas, perjalanan ke Miangas dari Jakarta menggunakan pesawat udara sekitar 5 jam.

Pulau Miangas sangat indah, perairan lautnya sangat mempesona, sangat jernih, ikan-ikan terlihat dengan jelas berenang di laut. Pulau Miangas seolah berdiri sendiri di tengah samudra yang luas.

Pantai-pantainya semua indah dengan pasir putih. Di pantai Racuna yang dekat dengan pemukiman penduduk, terdapat tugu NKRI sebagai tanda tapal batas negara. Pantai Kubbu sekitar 500 meter dari Racuna, kemudian ke Pantai Lawasa, Tanjung Langinatundu, Pantai Aba’a, Pantai Mariu, Tanjung Liwua, Pantai Ropapa, Pantai Laru.

Begitu banyak pantai dan tanjung yang indah di Miangas, sehingga terbayang jika sudah dibangun, tidak akan kalah dengan Maladewa atau Maldives yang berada di Samuda Hindia. Maladewa menjadi tujuan utama wisatawan berkantong tebal. Termasuk baru-baru ini, Bollywood, Shak Rukh Khan bersama keluarganya berlibur di Maldives yang terkenal sangat mahal itu.

Pulau Miangas memiliki potensi menjadi daerah tujuan utama wisata di Indonesia. Tinggal bagaimana kita bisa mengelola potensi-potensi yang ada, dan memperlancar transportasi dari dan ke Pulau Miangas. Selain itu menyediakan kebutuhan wisatawan lokal dan mancanegara, seperti hotel, restoran dan paralatan untuk melakukan kegiatan di air seperti snorkeling, diving dan sebagainya.

Dan yang harus diperhatikan adalah bagaimana kearifan lokal tetap terjaga, dalam memanfaatkan keindahan alam di Pulau Miangas. Kearifan lokal seperti panen kelapa besama-sama dan menangkap ikan besama-sama adalah tradisi yang harus tetap dipertahankan, karena tradisi seperti ini akan menjadi tontonan menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Miangas.

Pulau Miangas jika dibangun akan seperti Maladewa, dengan berbagai fasilitas yang harus segera dibangun, dan akan menjadi tujuan wisatawan nusantara dan luar negeri, dan nantinya mereka yang pernah berwisata ke Pulau Miangas sama bangganya dengan pernah berwisata ke Maladewa atau Maldives.(mbs)